
Majalengka, Pekerjaan hotmix jalan di Blok Trisari, Desa Majasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, diduga syarat korupsi. Pasalnya, pembangunan hotmix jalan yang bersumber dari Dana Desa Tahun Anggaran 2025 diduga pihak desa memark-up anggaran yang dikerjakan asalan-asalan. Dugaan syarat korupsi tersebut, terlihat dari kualitas hotmix dan ketebalannya yang kurang dari 3cm.
Hal itu terungkap setelah awak media ini mendapat informasi dari narasumber yang mengungkapkan, Dana Desa di Desa Majasari Tahun 2025 telah di realisasikan untuk hotmix jalan. Tetapi menurutnya pekerjaan tersebut diduga dikerjakan asal jadi dan ada dugaan kelenihan anggaran.
“Iya kang, Desa Majasari sudah gelar hotmix bersumber dari Dana Desa Tahun 2025. Tetapi hasilnya, pekerjaan tersebut tidak memuaskan kang, mulai dari ketebalan kurang dari 3cm, dan juga itu bentar lagi pasti bakal tumbuh rumput kang karena diduga dikerjakannya asal-asalan. Kesini saja kang cek, lokasi pekerjaanya di blok Trisari”.ungkapnya. Senin, (10/03/25).

Atas informasi tersebut, awak media pada saat itu juga langsung melakukan investigasi cek lokasi, dan benar saja pekerjaan tersebut sesuai apa yang dikatakan oleh natasuumber terkesan dikerjakan asal-asalan dan asal jadi.
Guna melengkapi pemberitaan, awak media mencoba konfirmasi dengan Kepala Desa Majasari yakni Toto Sastrawijaya melalui sambungan whatsapp pada Hari Rabu, (12/03/25). Namun, sampai munculnya pemberitaan ini pihaknya tidak memberikan komentar.
Sementara itu, menurut tim ahli atau mandor yang biasa mengerjakan proyek hotmix jalan menyampaikan bahwa untuk volume 379 m x 2m dengan menelan biaya Rp. 186.085.000, itu masih ada lebihan anggaran yang sangat besar.
“Dengan nilai anggaran sebesar Rp. 186.085.000 yang menghasilkan volume 379 m x 2 m dengan jenis hotmixnya HRS, menurut saya itu ada kelebihan anggaran yang sangat besar. Dimana bila dihitung per meternya saja sudah Rp. 200rb ke atas yang artian harga tersebut sudah jauh dari SBD Kabupaten Majalengka. Sedangkan bila di hitung secara tonase itu menghabiskan tonase kisara 52 tonan, ditambah biaya MOB, HOK, Setum+operator, Kayu bakar, Sirtu, Almusi Perekat itu bila dihitung malah lebih besar keuntungan yang diambilnya kurang lebih Rp. 100jutaan”.ujarnya. Rabu, (12/03/25).
Dengan tayangnya pemberitaan ini awak media akan terus mengkonfirmasi pihak terkait lainnya.
(woto)